Sabtu, 19 Juni 2010



LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN VEGETATIF



O
L
E
H
Menang Dorgison Limbong
080420011



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

CANGKOK

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang.
Perbanyakan vegetatif dengan cara ini adalah perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian – bagian tanaman seperti batang (cabang) untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian – bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

I.2 Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan pencangkokan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut De Data,S.K., (1987), Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
Cara mencangkok:
1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari.
6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.
Tehniknya hampir sama dengan cara mencangkok yang biasa, bedanya adalah media tanah sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼k guntuk diameter batang yang kecil dan ½ kg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok). Pengisian media ke dalam lembaranplastik : Isikan media dan padatkan sampai ¾ plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan 15-20 media dalam kantong plastik. Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan. Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan secara merata ke keratan batang tanaman. Lakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka di batang tanaman). ( A. Husni Malian, 2004.)

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau
- Sabuk kelapa
- Kain / goni bekas
- Tali
- ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
- Media (kompos)
- Air
Bahan :
- 3 jenis tanaman yang berbeda ( mangga, manggis, jambu kelutuk ).
- Tanaman Gaharu
III.2 Prosedur Kerja
a. Bagian tanaman yang akan dicangkok dikuliti terlebih dahulu dengan lebar ± 10 cm hingga bersih, diusahakan tidak ada kambium yang tertinggal.
b. Mengikat salah satu ujung goni (plastic) dengan tali plastik, kemudian media
tanah yang sudah dicampur dengan air secukupnya diletakkan diantara
batang dan plastik pembungkus dengan rapi. Kemudian ujung plastik
lainnya diikat dengan tali plastik.
c. Kemudian goni (plastic) pembungkus tersebut dilubangi secukupnya untuk menjaga kelembaban.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Dari praktikum mencangkok yang telah dilakukan ini belum ada hasil karena pada tahap ini pengamatan hasil belum dilakukan, sehingga hasil tidak tercantum untuk data dari lahan simalingkar. Sedangkan data pengamatan hasil cangkokan disekitar kampus diketahui hasilnya tumbuh bagus hingga mencapai 90% dari keseluruhan.
IV.2 Pembahasan
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar kampus. Pencangkokan bukanlah hal yang mustahil untuk dikerjakan. Hanya saja butuh parawatan dan pemeliharaan yang bagus. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.

V. KESIMPULAN
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar kampus maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam hal mencangkok yang perlu diperhatikan salah satunya adalah penyiraman yang rutin (dalam hal ini sangat dibutuhkan parawatan)
2. Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan, berbeda dengan menggunakan biji (benih) pada benih atau biji membutuhkan proses yang sangat lama dan hasilnya tidak sama dengan induknya.
3. Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari bij

VI. DAFTAR PUSTAKA

Husni Malian, 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.
Rochiman dan Harjadi. 1973. Pencangkokan Tanaman. Bandung : Rajawali group.
De Data,S.K.1987. Pencangkokan pohon mangga. Bogor : Instituti Pertanian bogor.


ANAKAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pemisahan anakan/rumpun merupakan cara yang paling sering dilakukan, karena mudah dan tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dari waktu penanaman hingga hingga hasil membutuhkan waktu yang cukup lama karena membutuhkan waktu yang cukup lama, dan membutuhkan perawatan yang rutin agar memperoleh hasil yang maksimal.

I.2 Tujuan Praktikum
Mempelajari pembiakan tanaman melalui anakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Buurman, P. (1988), Pemisahan anakan/rumpun merupakan cara yang paling sering dilakukan, karena mudah dan tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Langkah-langkah untuk melakukan pemisahan anakan adalah:
1. Pilih tanaman yang sudah rimbun dan memiliki beberapa anakan. Usahakan tanaman setidaknya telah memiliki 3 daun yang membuka.
2. Keluarkan sebagian media tanam agar batang yang menghubungkan induk dan anakan terlihat jelas.
3. Potong batang yang menghubungkan induk dan anakan menggunakan pisau yang tajam dan steril. Jangan sampai akar iduk dan anakan rusak atau putus.
4. Ujung batang induk yang dipotong diolesi dengan cairan penutup luka atau betadine supaya tidak terinfeksi jamur dan bakteri.
5. Potongan batang anakan diolesi dengan zat perangsang tumbuh dan fungisida, misalnya Root Up.
6. Siapkan media tanam yang baru untuk anakan. Media tanam dicampur pupuk slow release dengan takaran sekitar 1 sendok teh.
7. Tanam anakan di pot baru. Siram dengan air secukupnya lalu letakan di tempat teduh. Akar baru akan muncul setelah 3 minggu.
8. Penuhi kembali media tanam pada pot induk, atau tanam induk pada media tanam yang baru. Siram secukupnya dan letakan di tempat teduh
Untuk mendapatkan biji, bambu harus melalui perkawinan terlebih dahulu, yaitu dengan bertemunya benang sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina). Secara alami, perkawinan atau penyerbukan bambu dibantu oleh serangga kecil (diptera) yang membawa serbuk sari dari bunga lain, lalu hinggap di bunga dan serbuk sari yang dibawanya jatuh ke kapala putik.( Husni Malian, 2004).

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau/parang
- Cangkul
Bahan :
- Bambu
- Polibag
- Media (tanah)

III.2 Prosedur Kerja
1. Bambu yang akan digunakan sebagai anakan terlebih dahulu diambil (disiapkan) dalam hal ini pratikan menggunakan cangkul untuk menggali hingga akar ikut terangkat.
2. Media (tanah) diisi kedalam polibag.
3. Anakan bambu dipotong rantingnya sedemian rupa sehingga tidak terlalu banyak ranting atau cabangnya
4. Kemudian bambu dimasukkan kedalam polibag yang berisi media (tanah)
5. Disusun pada suatu tempat untuk pengamatan berikutnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Dari hasil pengamatan anakan bambu yang ditanam di polibag dengan jumlah 76 batang. Setelah dilakukan hanya terdapat 40 batang tanaman anakan bambu yang hidup dan 36 batang tanaman anakan bambu yang mati.
IV.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ternyata hasilnya tidak seperti apa yang diharapkan. Hal ini kurangnya perawatan dan pemeliharaan para praktikan sehingga hampir 50% dari keseluruhan mengalami kematian. Materi yang akan diamati dalam kegiatan praktikum ini terdiri dari pengamatan faktor luar yang menghambat pertumbuhan anakan bambu hingga mengalami kematian seperti: kekeringan akibat tidak adanya penyiraman yang dilakukan

V. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman anakan bambu adalah tanaman keras, jadi harus membutuhkan perawan dan pemeliharaan yang efektif terlebih dalam praktikum ini karena anakan bambu tersebut ditanam menggunakan media polibag, jadi penyiraman harun rutin agar tidak kekeringan hingga mengakibatkan kematian.
2. Tanaman bambu bukanlah tanaman yang sulit (sukar) tumbuh. Hanya saja karna menggunakan media sehingga ada faktor luar yang menghambat pertumbhannya yaitu kekeringan.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Buurman, P. 1988. Anakan pada tanaman.Technical Report No. 4. Version I. I. Centre for Soil and Agroclimate Research. Bogor
Husni Malian, 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.


SETEK
I. PENDAHULUAN
I.1 latar belakang
Cendana adalah, tanaman komoditi dan potensial bagi perekonomian di Indonesia. Nilai ekonomi itu didapat dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Melalui penyulingan, minyak Cendana dapat digunakan sebagai perawatan tubuh, obat-obatan dan bahan minyak wangi atau parfum tadi. Kayunya juga bernilai ekonomi, dapat digunakan sebagai kerajinan ukiran, patung, kipas, tasbih dan lain-lain. Saat ini minyak Cendana banyak di ekspor ke Eropa, Amerika, China, Korea, Taiwan dan Jepang. Untuk produk kerajinan kayunya, masih untuk konsumsi dalam negeri saja. Setiap tahun, kebutuhan minyak Cendan dunia, sekitar 200 ton. Dari jumlah tadi, kebanyakan disuplai dari India, yait 100 ton (50 %). Sisanya dari Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji, masing-masing mensuplai 20 ton, jadi masing kekurangan sekitar 80 ton per tahunnya.
I.2 Tujuan Praktikum
Untuk memperbanyak tanaman dengan cara metode yang cepat dan menghasilkan individu yang persis sama dengan induknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Cendana merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang pernah terkenal di seantero dunia. Tanah NTT juga mencatat hal itu. Keterkenalan cendana bukan karena namanya tetapi karena wewangiannya. Karena itu pula cendana di mata sebagian orang Timor dikenal sebagai pohon wangi sesuai nama kampungnya: haumeni. Tetapi, sebagian orang Timor juga menyebutnya dengan nama: hau tam lasi yang secara harafiah dapat dimengerti sebagai kayu pembawa masalah/perkara. Makna terakhir muncul bersamaan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menutup pemanfaatan cendana oleh masyarakat. Sebab, dalam kenyataannya, banyak orang yang menjadi korban kebijakan pemerintah terkait cendana. Ada yang dihukum secara adat melalui penyelesaian secara kekeluargaan. .( Majalah Kehutanan Indonesia (MKI) Edisi III. 2006)

Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah pegunungan pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan antara 500-3.000 milimeter per tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan adalah pada ketinggian antara 600-1.000 meter di atas permukaan air laut dan curah hujan antara 600-1.000 milimeter per tahun dengan bulan kering yang panjang antara 9-10 bulan. Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas bagus walaupun secara vegetatif tumbuhnya memuaskan. Suhu udara yang mendukung pertumbuhan cendana antara 10-35 derajat celcius. Sedangkan tipe iklim yang sesuai adalah tipe iklim D dan E. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar 40-50 persen. Sedangkan lingkungan yang dibutuhkan, semai cendana mudah ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (eucalyptus urophylla), hue (ecalyptus alba), atau kabesak (acacia leucophloea).(Hartini, 2001).

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau
- Bambu
- Cangkul
- Kuas
Bahan :
- Tanaman cendana
- Zat kimia (ZPT (Zat Pengatur Tumbuh))
- Plastik
- Polibag
III.2 Prosedur Kerja
1. Sediakan tanaman cendana dan bagian tanaman yang paling mudah di stek
2. Masukkan tanah kedalam media polibag
3. Buat tempat (wadah) bagi tanaman cendana untuk tempat pertumbuhannya
4. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dicampur kedalam suatu wadah
5. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) diolesi dengan menggunakan kuas kebagian pangkal tanaman cendana.
6. Setelah beberapa menit tanaman cendana ditanam kedalam polibag tadi, dengan mencampurkan zat kimia perangsang pertumbuhan
7. Tanaman cendana disusun kedalam wadah yang telah disediakan.
8. Kemudian ditutup rapat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Setelah dilakukan pengamatan hasil, bahwa tanaman cendana yang stek 100% berhasil (tumbuh) dengan baik.
IV.2 Pembahasan
Setek pada tanaman cendana memang membutuhkan langkah pengerjaan yang lumayan rumut. Tetapi ketika langkah diatas dapat dilakukan maka setek tanaman cendana dapat dijamin 90% pertumbuhannya baik.
Keunggulan perbanyakan dengan cara ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang barasal dari perbanyakan secara vegetatip (stek) lebih cepat berbuah dan berbunga. Sedangkan kelemahan dari perbanykan ini membutuhkan pohon induk yang baik dan labih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah.

V. KESIMPULAN
Dari perlakuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
Tanaman cendana dapat tumbuh 100% ini berarti tanaman cendana adalah tanama yang tidak sulit untuk dibudidayakan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hartini. 2001. Buku Tentang Tanaman Langkah Dan Tanaman Yang Mengandung Obat – Obatan. Malang : Garasindo
MKI Edisi III. 2006.Setek Tanaman.Bandung :Majalah Kehutanan Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar