Sabtu, 19 Juni 2010



LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN VEGETATIF



O
L
E
H
Menang Dorgison Limbong
080420011



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

CANGKOK

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang.
Perbanyakan vegetatif dengan cara ini adalah perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian – bagian tanaman seperti batang (cabang) untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian – bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

I.2 Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan pencangkokan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut De Data,S.K., (1987), Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
Cara mencangkok:
1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-10 cm.
3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus permen. Bila menggunakan plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya setiap hari.
6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.
Tehniknya hampir sama dengan cara mencangkok yang biasa, bedanya adalah media tanah sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼k guntuk diameter batang yang kecil dan ½ kg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan dicangkok). Pengisian media ke dalam lembaranplastik : Isikan media dan padatkan sampai ¾ plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan 15-20 media dalam kantong plastik. Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan. Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan secara merata ke keratan batang tanaman. Lakukan pengikatan, agar media pada posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka di batang tanaman). ( A. Husni Malian, 2004.)

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau
- Sabuk kelapa
- Kain / goni bekas
- Tali
- ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
- Media (kompos)
- Air
Bahan :
- 3 jenis tanaman yang berbeda ( mangga, manggis, jambu kelutuk ).
- Tanaman Gaharu
III.2 Prosedur Kerja
a. Bagian tanaman yang akan dicangkok dikuliti terlebih dahulu dengan lebar ± 10 cm hingga bersih, diusahakan tidak ada kambium yang tertinggal.
b. Mengikat salah satu ujung goni (plastic) dengan tali plastik, kemudian media
tanah yang sudah dicampur dengan air secukupnya diletakkan diantara
batang dan plastik pembungkus dengan rapi. Kemudian ujung plastik
lainnya diikat dengan tali plastik.
c. Kemudian goni (plastic) pembungkus tersebut dilubangi secukupnya untuk menjaga kelembaban.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Dari praktikum mencangkok yang telah dilakukan ini belum ada hasil karena pada tahap ini pengamatan hasil belum dilakukan, sehingga hasil tidak tercantum untuk data dari lahan simalingkar. Sedangkan data pengamatan hasil cangkokan disekitar kampus diketahui hasilnya tumbuh bagus hingga mencapai 90% dari keseluruhan.
IV.2 Pembahasan
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar kampus. Pencangkokan bukanlah hal yang mustahil untuk dikerjakan. Hanya saja butuh parawatan dan pemeliharaan yang bagus. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.

V. KESIMPULAN
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar kampus maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam hal mencangkok yang perlu diperhatikan salah satunya adalah penyiraman yang rutin (dalam hal ini sangat dibutuhkan parawatan)
2. Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan, berbeda dengan menggunakan biji (benih) pada benih atau biji membutuhkan proses yang sangat lama dan hasilnya tidak sama dengan induknya.
3. Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari bij

VI. DAFTAR PUSTAKA

Husni Malian, 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.
Rochiman dan Harjadi. 1973. Pencangkokan Tanaman. Bandung : Rajawali group.
De Data,S.K.1987. Pencangkokan pohon mangga. Bogor : Instituti Pertanian bogor.


ANAKAN

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pemisahan anakan/rumpun merupakan cara yang paling sering dilakukan, karena mudah dan tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun dari waktu penanaman hingga hingga hasil membutuhkan waktu yang cukup lama karena membutuhkan waktu yang cukup lama, dan membutuhkan perawatan yang rutin agar memperoleh hasil yang maksimal.

I.2 Tujuan Praktikum
Mempelajari pembiakan tanaman melalui anakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Buurman, P. (1988), Pemisahan anakan/rumpun merupakan cara yang paling sering dilakukan, karena mudah dan tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama. Langkah-langkah untuk melakukan pemisahan anakan adalah:
1. Pilih tanaman yang sudah rimbun dan memiliki beberapa anakan. Usahakan tanaman setidaknya telah memiliki 3 daun yang membuka.
2. Keluarkan sebagian media tanam agar batang yang menghubungkan induk dan anakan terlihat jelas.
3. Potong batang yang menghubungkan induk dan anakan menggunakan pisau yang tajam dan steril. Jangan sampai akar iduk dan anakan rusak atau putus.
4. Ujung batang induk yang dipotong diolesi dengan cairan penutup luka atau betadine supaya tidak terinfeksi jamur dan bakteri.
5. Potongan batang anakan diolesi dengan zat perangsang tumbuh dan fungisida, misalnya Root Up.
6. Siapkan media tanam yang baru untuk anakan. Media tanam dicampur pupuk slow release dengan takaran sekitar 1 sendok teh.
7. Tanam anakan di pot baru. Siram dengan air secukupnya lalu letakan di tempat teduh. Akar baru akan muncul setelah 3 minggu.
8. Penuhi kembali media tanam pada pot induk, atau tanam induk pada media tanam yang baru. Siram secukupnya dan letakan di tempat teduh
Untuk mendapatkan biji, bambu harus melalui perkawinan terlebih dahulu, yaitu dengan bertemunya benang sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina). Secara alami, perkawinan atau penyerbukan bambu dibantu oleh serangga kecil (diptera) yang membawa serbuk sari dari bunga lain, lalu hinggap di bunga dan serbuk sari yang dibawanya jatuh ke kapala putik.( Husni Malian, 2004).

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau/parang
- Cangkul
Bahan :
- Bambu
- Polibag
- Media (tanah)

III.2 Prosedur Kerja
1. Bambu yang akan digunakan sebagai anakan terlebih dahulu diambil (disiapkan) dalam hal ini pratikan menggunakan cangkul untuk menggali hingga akar ikut terangkat.
2. Media (tanah) diisi kedalam polibag.
3. Anakan bambu dipotong rantingnya sedemian rupa sehingga tidak terlalu banyak ranting atau cabangnya
4. Kemudian bambu dimasukkan kedalam polibag yang berisi media (tanah)
5. Disusun pada suatu tempat untuk pengamatan berikutnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Dari hasil pengamatan anakan bambu yang ditanam di polibag dengan jumlah 76 batang. Setelah dilakukan hanya terdapat 40 batang tanaman anakan bambu yang hidup dan 36 batang tanaman anakan bambu yang mati.
IV.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ternyata hasilnya tidak seperti apa yang diharapkan. Hal ini kurangnya perawatan dan pemeliharaan para praktikan sehingga hampir 50% dari keseluruhan mengalami kematian. Materi yang akan diamati dalam kegiatan praktikum ini terdiri dari pengamatan faktor luar yang menghambat pertumbuhan anakan bambu hingga mengalami kematian seperti: kekeringan akibat tidak adanya penyiraman yang dilakukan

V. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanaman anakan bambu adalah tanaman keras, jadi harus membutuhkan perawan dan pemeliharaan yang efektif terlebih dalam praktikum ini karena anakan bambu tersebut ditanam menggunakan media polibag, jadi penyiraman harun rutin agar tidak kekeringan hingga mengakibatkan kematian.
2. Tanaman bambu bukanlah tanaman yang sulit (sukar) tumbuh. Hanya saja karna menggunakan media sehingga ada faktor luar yang menghambat pertumbhannya yaitu kekeringan.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Buurman, P. 1988. Anakan pada tanaman.Technical Report No. 4. Version I. I. Centre for Soil and Agroclimate Research. Bogor
Husni Malian, 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.


SETEK
I. PENDAHULUAN
I.1 latar belakang
Cendana adalah, tanaman komoditi dan potensial bagi perekonomian di Indonesia. Nilai ekonomi itu didapat dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Melalui penyulingan, minyak Cendana dapat digunakan sebagai perawatan tubuh, obat-obatan dan bahan minyak wangi atau parfum tadi. Kayunya juga bernilai ekonomi, dapat digunakan sebagai kerajinan ukiran, patung, kipas, tasbih dan lain-lain. Saat ini minyak Cendana banyak di ekspor ke Eropa, Amerika, China, Korea, Taiwan dan Jepang. Untuk produk kerajinan kayunya, masih untuk konsumsi dalam negeri saja. Setiap tahun, kebutuhan minyak Cendan dunia, sekitar 200 ton. Dari jumlah tadi, kebanyakan disuplai dari India, yait 100 ton (50 %). Sisanya dari Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji, masing-masing mensuplai 20 ton, jadi masing kekurangan sekitar 80 ton per tahunnya.
I.2 Tujuan Praktikum
Untuk memperbanyak tanaman dengan cara metode yang cepat dan menghasilkan individu yang persis sama dengan induknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Cendana merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang pernah terkenal di seantero dunia. Tanah NTT juga mencatat hal itu. Keterkenalan cendana bukan karena namanya tetapi karena wewangiannya. Karena itu pula cendana di mata sebagian orang Timor dikenal sebagai pohon wangi sesuai nama kampungnya: haumeni. Tetapi, sebagian orang Timor juga menyebutnya dengan nama: hau tam lasi yang secara harafiah dapat dimengerti sebagai kayu pembawa masalah/perkara. Makna terakhir muncul bersamaan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menutup pemanfaatan cendana oleh masyarakat. Sebab, dalam kenyataannya, banyak orang yang menjadi korban kebijakan pemerintah terkait cendana. Ada yang dihukum secara adat melalui penyelesaian secara kekeluargaan. .( Majalah Kehutanan Indonesia (MKI) Edisi III. 2006)

Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah pegunungan pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan antara 500-3.000 milimeter per tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan adalah pada ketinggian antara 600-1.000 meter di atas permukaan air laut dan curah hujan antara 600-1.000 milimeter per tahun dengan bulan kering yang panjang antara 9-10 bulan. Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas bagus walaupun secara vegetatif tumbuhnya memuaskan. Suhu udara yang mendukung pertumbuhan cendana antara 10-35 derajat celcius. Sedangkan tipe iklim yang sesuai adalah tipe iklim D dan E. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar 40-50 persen. Sedangkan lingkungan yang dibutuhkan, semai cendana mudah ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (eucalyptus urophylla), hue (ecalyptus alba), atau kabesak (acacia leucophloea).(Hartini, 2001).

III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat Dan Bahan
Alat :
- Pisau
- Bambu
- Cangkul
- Kuas
Bahan :
- Tanaman cendana
- Zat kimia (ZPT (Zat Pengatur Tumbuh))
- Plastik
- Polibag
III.2 Prosedur Kerja
1. Sediakan tanaman cendana dan bagian tanaman yang paling mudah di stek
2. Masukkan tanah kedalam media polibag
3. Buat tempat (wadah) bagi tanaman cendana untuk tempat pertumbuhannya
4. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dicampur kedalam suatu wadah
5. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) diolesi dengan menggunakan kuas kebagian pangkal tanaman cendana.
6. Setelah beberapa menit tanaman cendana ditanam kedalam polibag tadi, dengan mencampurkan zat kimia perangsang pertumbuhan
7. Tanaman cendana disusun kedalam wadah yang telah disediakan.
8. Kemudian ditutup rapat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Setelah dilakukan pengamatan hasil, bahwa tanaman cendana yang stek 100% berhasil (tumbuh) dengan baik.
IV.2 Pembahasan
Setek pada tanaman cendana memang membutuhkan langkah pengerjaan yang lumayan rumut. Tetapi ketika langkah diatas dapat dilakukan maka setek tanaman cendana dapat dijamin 90% pertumbuhannya baik.
Keunggulan perbanyakan dengan cara ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang barasal dari perbanyakan secara vegetatip (stek) lebih cepat berbuah dan berbunga. Sedangkan kelemahan dari perbanykan ini membutuhkan pohon induk yang baik dan labih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah.

V. KESIMPULAN
Dari perlakuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
Tanaman cendana dapat tumbuh 100% ini berarti tanaman cendana adalah tanama yang tidak sulit untuk dibudidayakan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Hartini. 2001. Buku Tentang Tanaman Langkah Dan Tanaman Yang Mengandung Obat – Obatan. Malang : Garasindo
MKI Edisi III. 2006.Setek Tanaman.Bandung :Majalah Kehutanan Indonesia

Sabtu, 05 Juni 2010

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FOTOSINTESIS

DPP/DPJ : Ir.Benny B. Ginting, MSi
ASISTEN : Arisman Zandroto

OLEH:

Kelompok III

NPM NAMA

080420007 Besti Siagian
080420011 Menang Dorgison Limbong
080420022 Benny Iskandar Sembiring
090420012 Heru J. F. Lingga


LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida (Kimball, 1992).
Berbeda dengan organisme heterotrof, organisme autotrof menggunakan energi yang berasal dari oksidasi dan zat-zat organik tertentu. Organisme yang demikian disebut kemoautotrof, karena menggunakan zat – zat kimiawi dalam memproduksi senyawa organik dari senyawa non-organik. Sedangkan peristiwa fotosintesis sendiri dilakukan oleh organisme autotrof yang seringkali disebut dengan organisme fotoautotrof, karena dalam proses pembentukan senyawa organiknya menggunakan energi yang berasal dari cahaya matahari(Kimball, 1992). Fotosintesis sering didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan karbohidrat dan karbondioksida serta air yang dilakukan sel-sel yang berklorofil dengan adanya cahaya matahari yang disebabkan oleh oksigen (O2). Ada juga yang mengartikan fotosintesis dengan suatu peristiwa pengolahan atau pemasakan makanan yang terjadi pada daun dengan bantuan cahaya matahari(Kimball, 1992).
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik, seperti ragi dan kita sendiri, hidup dan tumbuh dengan memasukan molekul-molekul organik ke dalam sel-selnya (Kimball, 1992).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses fotosintesis dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan dan mengujinya dengan larutan JKJ untuk memperoleh hasil dan data yang bervariasi antara daun tumbuhan sampel (Ellis, 1986).
1.2 Tujuan

Tujuan percobaan tentang fotosintesis ini adalah untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis dihasilkan oksigen (O2), lalu mengamati pengaruh cahaya dan CO2 terhadap pembentukan oksigen pada proses fotosintesis, dan untuk mengetahui ada tidaknya simpanan amilum dalam jaringan daun yang diberi perlakuan cahaya matahari berbeda.






II. TINJAUAN PUSTAKA

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida (Kimball, 1992).
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses fotosintesis dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan dan mengujinya dengan larutan JKJ untuk memperoleh hasil dan data yang bervariasi antara daun tumbuhan sampel (Ellis, 1986).
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik, seperti ragi dan kita sendiri, hidup dan tumbuh dengan memasukan molekul-molekul organik ke dalam sel-selnya (Kimball, 1992).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum fotosintesis ini berlangsung pada hari Senin tanggal 15 Desember 2008 pada pukul 13.30–15.30 WITA, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat.
3.2 Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum tentang fotosintesis ini adalah beaker glass, corong kaca, tabung reaksi, cawan petri, lampu spiritus/kompor, kaki tiga dan penjepit, juga kawat dan cutter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Hydrilla verticillata, air kolam, larutan 0,25 % NaHCO3, Daun tumbuhan segar, larutan JKJ, alkohol 95 %, air, dan kertas karbon/aluminium foil.
3.3 Prosedur kerja

Fotosintesis
1. Dimasukkan beberapa cabang Hydrilla verticillata yang sehat sepanjang kira-kira 15 cm ke dalam corong kaca.
2. Dimasukkan corong kaca (a) ke dalam beaker glass yang berisi medium, dimana setiap 100 ml air ditambahkan 2 ml NaHCO3 0,25 %, dengan posisi corong menghadap ke bawah.
3. Ditutup bagian atas corong dengan tabung reaksi yang diusahakan dari sebagian besar medium, dalam keadaan terbalik (di dalam bak yang berisi air)
4. Ditandai masing-masing perlakuan dengan label A, B, C, dan E, dimana :
a. A = Medium air dan diletakkan didalam ruangan (tanpa cahaya)
b. B = Medium air dan diletakkan ditempat terbuka (cahaya)
c. C = Medium air + larutan NaHCO3,diletakkan didalam ruangan (tanpa cahaya)
d. D = Medium air + larutan NaHCO3, diletakkan ditempat terbuka luar ruangan(cahaya)
5. Diamati timbulnya gelembung-gelembung gas yang muncul dari potongan cabang / ranting yang terjadi selama 5’, 10’ , dan 15’. Banyaknya gelembung yang muncul per satuan waktu dapat digunakan sebagai petunjuk laju fotosintesis. Dilakukan perhitungan sebanyak 3 kali dan mengambil rata-ratanya.
6. Hasil pengamatan atau data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk grafik. Dibuat pembahasan dan kesimpulan.
Pembentukan Karbohidrat pada Fotosintesis
1. Ditutup sebagian daun tumbuhan yang belum kena sinar matahari dengan aluminium foil / kertas karbon dan dijepit selama 2 x 24 jam(sore hari I s.d pagi hari III)
2. Direbus air dalam beaker glass sampai mendidih pada lampu spiritus/panci berisi air mendidih diatas kompor.
3. Dipanaskan alkohol di dalam beaker glass kecil pada air mendidih (2)
4. Dimasukkan daun tumbuhan yang akan diuji ke dalam air panas (5 menit) sampai layu, kemudian dalam alkohol panas (5 menit).
5. Diulangi percobaan ini dengan menggunakan daun lain yang tidak diberi perlakuan air panas.
6. Dicuci daun (4) tersebut dengan air panas dan memasukan kedalam larutan JKJ selama beberapa menit.
7. Dicuci daun tersebut dengan air panas dan kemudian dibentangkan dan diamati perubahan yang terjadi (amilum + JKJ memberikan warna biru sampai kehitam-hitaman).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan (Data Terlampir)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong kaca yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam beaker glass yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan menghasilkan gelembung udara yang banyak, sedangkan apabila diberi perlakuan dengan ditempatkan pada tempat yang tidak terdapat cahaya dengan lama pengamatan yang sama, maka Hydrilla verticillata yang direndam akan mengeluarkan gelembung udara dalam jumlah yang relatif sangat sedikit. Dalam hal ini penambahan larutan NaHCO3 dimaksudkan untuk menambah kandungan CO2 yang terdapat dalam air, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaHCO3 + H2O NaOH + CO2 + H2O
Dari kedua tabel, dapat dilihat perbandingan banyak gelembung gas yang timbul. Percobaan yang ditambah larutn NaHCO3 ternyata dapat mempercepat laju fotosintesis. Fungsi larutan NaHCO3 disini sebagai katalis dalam reaksi fotosintesis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis

1. Ketersediaan air
Kekurangan air menyebabkan daun layu dan stomata menutup, akibatnya penyerapan karbon dioksida terhambat sehingga laju fotosintesis menurun.

2. Intensitas cahaya
Makin tinggi intensitas cahaya makin banyak energi yang terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis. Namun, intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan merusak klorofil dan mengurangi kecepatan fotosintesis.
3. Konsentrasi karbondioksida (CO2)
Semakin tinggi konsentrasi CO2 semakin meningkatkan laju fotosintesis.
Semua faktor tersebut mempengaruhi fotosintesis, yang paling membatasi hanyalah faktor ketersediaan air. Perbedaan warna antara daun yang tertutup kertas karbon dengan bgian daun yang terbuka yaitu pada daun yang tidak ditutupi karbon akan tampak warna biru kehitam-hitaman yang menandai bahwa pada daun telah terjadi proses fotosintesis. Hal ini disebabkan karena kertas karbon mempunyai sifat memantulkan cahaya matahari sehingga fotosintesis tidak dpat berlangsung. Berbeda dengan daun yang tidak mendapat perlakuan, akan tampak bercak-bercak ungu kehitam-hitaman yang menandakan ada amilum.
Pada daun yang ditutupi oleh kertas karbon masih dapat melakukan respirasi dan transpirasi walaupun tidak mendapat sinar matahari yang cukup, hal ini jelas terlihat adanya amilum pada daun dengan jumlah yng sedikit. Namun pada daun yang tidak mendapat perlakuan terdapat banyak amilum sebagai tanda melakukan proses fotosintesis.
Dari perbedaan warna yang terjadi atas perbedaan perlakuan menunjukkan bagian daun yang berbeda warna disebabkan oleh faktor kurangnya cahaya matahari, sehingga daun tersebut tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya secara sempurna. Dengan kata lain, secara umum fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun.
Menguji ada tidaknya amilum yang terdapat pada daun dilakukan dengan merebus daun pada air mendidih 30 selama menjadikanmenit, hal ini dilakukan agar sel dalam daun mati dan sel-sel daun lebih permeabel terhadap iodium atau JKJ. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi dengan larutan JKJ. Setelah itu meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan lugol/iodium sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna biru kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun.
Proses pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan dengan dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol panas mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna hijau tua berubah menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya amilum pada daun dapat terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci dengan larutan JKJ. Perebusan dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel daun lebih permeabel terhadap larutan JKJ. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi dengan larutan JKJ. Setelah itu meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan lugol/iodium sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna biru kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun. Larutan JKJ disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar dapat dibedakan bagian daun yang mengandung amilum dan tidak. Setelah dimasukkan dalam larutan JKJ, daun yang telah ditutup sebelumnya berwarna agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di bagian – bagian yang tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau bagian yang ditutupi berwarna sedikit lebih cerah. Hal ini disebabkan karena pada bagian yang ditutup tidak terjadi proses fotosintesis, sehingga dibagian tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan oleh warna biru tua kehitaman. Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna biru tua kehitamannya akan merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh bagian permukaan daun terjadi proses fotosintesis.

V. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat dengan memakai karbondioksida (CO2) dari udara dan air (H2O) dari dalam tanah dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil.
1. Gelembung-gelembung yang timbul dari percobaan menunjukkan dalam fotosintesis dihasilkan oksigen.
2. Intensitas cahaya matahari dan karbondioksida ikut mempengaruhi pembentukan oksigen pada proses ini.
3. Fotosintesis adalah suatu proses biologi yang kompleks dengan menggunakan energi matahari, CO2 dan H2O yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen.
4. Bagian daun yang tidak tertutup kertas karbon menghasilkan warna ungu kehitam-hitaman yang menandakan terbentuknya amilum yang berarti menunjukkan terjadinya fotosintesis.
5. Bagian daun yang ditutupi kertas karbon tidak mengalami perubahan warna dan ini berarti tidak terjadinya fotosintesis dan tidak terdapat amilum.

6.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan, daun yang akan digunakan ditutup dengan sebaik – baiknya, agar hasil yang diperoleh tidak berlawanan dengan hasil yang diharapkan. Lalu sebaiknya pemanas air yang dimiliki lebih dari satu, agar praktikum dapat lebih cepat selesai.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Nihayati. 1986. Anatomi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Kimball, John. W.1992. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Salisbury, F. B dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB, Bandung.